Seburuk-buruknya amalan seseorang di dunia, jangan sampai melakukan
bunuh diri. Karena begitu berat siksa bagi orang yang bunuh diri.
Sebagaimana firman Allah SWT,
"Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Dan barangsiapa berbuat demikian dengan
melanggar hak dan aniaya, maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam naar.
Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah." (An-Nisa : 29-30)
Diriwayatkan dengan tsabit dalam Shahih Al-Bukhari
dan Muslim dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda:
"Barangsiapa yang melakukan
bunuh diri dengan menggunakan sebilah besi di tangannya, maka ia akan
menusukkan besinya itu ke perutnya di Neraka Jahannam selama-lamanya. Dan
barangsiapa yang melakukan bunuh diri dengan racun di tangannya, maka ia akan
meminumnya terus-menerus di Neraka Jahannam nanti.."
Sebuah kisah datang dari Malaysia. Syed Sohleh
Syed Jalaluddin mempunyai sebuah pengalaman yang mendalam ketika mengurus
jenazah orang yang bunuh diri. Syed Sohleh memang sehari-hari bekerja sebagai
seorang pengurus jenazah.
Berikut adalah pengalaman beliau yang dikutip dari
akun facebook resminya melalui Islampos.
“Ada perasaan enggan ketika mendapat panggilan
dari rumah sakit untuk mengurus satu jenazah. Antara resah gelisah dan gundah
seakan bercampur tanpa henti. Namun karena tanggung jawab dan amanah, saya
bergegas ke rumah sakit dengan perasaan berat hati yang terus mengiringi.
Berbekal pengalaman sebelumnya, saya akhirnya
dapat menguasai perasaan seperti ini. Saya hanya mampu berdoa agar jangan diuji
oleh kesulitan maupun dipertemukan dengan kejadian yang aneh-aneh karena
siapalah saya yang mampu melawan kuasa Allah SWT. Saya terus berdoa agar terus
diberi kekuatan oleh Allah SWT, berharap bahwa mengurus jenazah ini baik-baik
saja.
Saya bersama dengan Ustaz Muhd Aidil Zainol Bahar
dan tiga orang sahabat lainnya, segera ke rumah sakit dan terus menuju ke kamar
mayat. Sebelumnya saya mengisi beberapa dokumen penting sebelum pengurusan
dilakukan.
Keluar Najis Tiada Henti
Akhirnya, tiba saat yang makin membuat jiwa berdebar, padahal
sudah-sudah bertahun saya mengurus jenazah. Saya terus berdoa agar diberi
kekuatan untuk menyelesaikan pengurusan ini hingga selesai. Dengan lafaz bismillah saya
menarik tirai jenazah secara perlahan-lahan. Saat membuka kain yang menutupi
wajahnya, dan saya melihat situasi yang amat mengerikan. Lidah jenazah itu terjulur dan
wajahnya berkerut seakan menahan kesakitan yang amat berat. Ada banyak lebam
bekas jeratan di lehernya.
Saya coba mengumpulkan kekuatan yang ada dan
beserta empat sahabat lainnya, mengangkat jenazah ke atas tempat pengurusan.
Masing-masing memegang anggota tibuh jenazah namun tanpa diduga, tangan dan
bahu kami terasa amat sakit. ALLAH HU AKHBAR! Jenazah
ini amat berat sekali, padahal tubuhnya begitu kecil dan masih berumur sektiar
20-an. Tidak sampai di situ saja, tenaga
kami berempat kembali diuji tatkala ke tempat mandi. Jarak yang dekat terasa amat
jauh dan saya secara pribadi langsung habis tenaga, begitu juga sahabat yang lain. Tapi
saya tidak mengeluh dan di hati hanya berdoa agar Allah SWT membantu
menyelesaikan tugas memandikan jenazah ini.
Kali ini Allah SWT benar-benar ingin
memperlihatkan kekuasaan-Nya. Saat
menyucikan jenazah, najis yang keluar dari duburnya amat banyak dan tanpa
henti. Saya
mengurut perlahan-lahan perutnya dengan tujuan ingin mengeluarkan lagi najis
yang ada. Setelah memastikan benar-benar bersih, saya mengeringkan jenazah
dengan meratakan air pada anggota yang lain namun
setiap kali tubuhnya digerakkan, setiap kali itulah najisnya masih keluar dalam
jumlah yang banyak.
Kami meneruskan proses memandikannya hingga selesai dan ketika didapati
najisnya telah berhenti, maka urusan kafan pun kami mulai. Namun perkara yang sama masih
terjadi tatkala kami mulai meletakkan jenazah di atas kain kafan. Sekali lagi
proses pembersihan dilakukan dan kain kafan perlu ditukar segera. Kali ini saya menyumbat kapas
sebanyak mungkin disamping doa yang tiada henti di dalam hati kepada Allah SWT
agar mengampuni segala dosa jenazah ini semasa hidup dan meringankan urusan
mengafaninya. Alhamdulillah, najisnya berhenti mengalir dan kami meneruskan
proses mengafani.
Perasaan lega itu ternyata hanya hinggap sebentar
saja. Sekali lagi kami diuji tatkala mengafani jenazah, mengalir darah dari
mulut dan hidungnya. Situasi seperti ini lumrah kami temui tatkala mengurus
jenazah yang mengalami pendarahan di bagian dalam. Tanpa membuang waktu lagi,
kami menyucikan darah tersebut dengan kapas dan jenazah bisa dishalatkan dan
kemudian dikuburkan.
Gantung Diri karena Putus Cinta
Menyingkap sedikit latar belakang kematian jenazah, menurut berita yang
saya peroleh, lelaki tersebut meninggal dunia akibat gantung diri pada kipas
angin di kamarnya setelah putus cinta dan ditinggalkan oleh kekasih hati.
Kekecewaannya semakin berlanjut ketika tahu kekasihnya menikah dengan lelaki
lain lantas memaksanya mengambil jalan singkat dengan membunuh diri.
Saya turut maklum bahwa keluarga mayit enggan
mengurus jenazahnya dan setelah beberapa hari berada di kamar mayat, warisnya
masih enggan menuntut jenazah sehingga pihak rumah sakit menghubungi saya.
Peristiwa ini masih segar di ingatan saya walaupun
telah lama berlaku. Saya menasihati sidang pembaca agar berhati-hati dalam
bercinta. Carilah cinta Allah SWT dahulu niscaya Allah SWT akan menakdirkan
cinta buat kita. Senantiasa berpikiran positif dan mendekatkan diri pada Allah
SWT agar setiap tindakan kita tidak tersasar ke arah kemungkaran dan jalan yang
tidak diridhai.
Mudah-mudahan akhir hidup kita dalam khusnul
khotimah dan jangan disebabkan karena gagal bercinta terhadap makhluk kita dan
hanya mengantarkan kita menjadi tamu di gerbang neraka. Nauzubillahimindzalik.”
Baca Juga :
Komentar
Posting Komentar